Cap Go Meh Ala Kampoengrasa |
Lontong Cap Go Meh adalah masakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia. Tepatnya masakan Jawa. Idealnya, hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.
Lontong Cap Go Meh biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap go meh. Yaitu empat belas hari setelah imlek atau tepatnya hari kelima belas bulan 1 penanggalan imlek. Tapi kini, hidangan lezat ini juga kerap disajikan kapan saja, tidak hanya ketika cap go meh.
Lontong Cap Go Meh dipercaya sebagai hidangan yang melambangkan asimilasi (semangat pembauran) antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk pribumi di Jawa. Makanan ini dipercaya mengandung perlambang keberuntungan.
Rp17.000/pax |
Mulai dari lontong padat yang dianggap berlawanan dengan bubur yang encer. Karena ada anggapan tradisional Tionghoa bahwa makanan encer merupakan makanan orang miskin atau orang sakit. Karena itulah, ada tabu yang melarang menyajikan dan memakan bubur ketika Imlek dan Cap go meh karena dianggap ciong atau membawa sial.
Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan panjang umur. Sedangkan telur, dalam kebudayaan apapun selalu melambangkan keberuntungan. Kuah santan yang dibubuhi kunyit berwarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan.
Lontong Cap Go Meh merupakan fenomena khusus. Tradisi memakan lontong tidak dikenal dalam perayaan Imlek masyarakat Tionghoa di Kalimantan. Tapi hidangan ini dikaitkan dengan perayaan Imlek di pecinan di kota-kota di pulau Jawa, khususnya Semarang. Karena Suku Betawi sangat dipengaruhi kebudayaan peranakan Tionghoa, Lontong Cap Go Meh juga dianggap sebagai salah satu masakan Betawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar